Sunday 28 June 2015

Manajemen Pajak di Koperasi

Status : Draft
Panduan Pertanyaan : 

  1. Apakah pajak di Koperasi sama dengan yang berlaku di Perusahaan pada umumnya ?
  2. Bagaimana teknis pelaporannya .. ?
....

Referensi

Tuesday 23 June 2015

Asosiasi (Aquaponik Indonesia) Sebagai Katalis Berdirinya Koperasi-Koperasi (Kedaulatan Pangan) tingkat Kelurahan/Desa di #Nusantara

Status : Draft
Panduan Pertanyaan

  1. Apa itu asosiasi ? 
  2. Contoh asosiasi yang sudah ada ?
  3. Apa saja persyaratan yang harus dipenui untuk mendirikan asosiasi ?
Sebagai kelanjutan diskusi [1], bersama teman-teman di BBQ, kita sedang mempelajari bagaimana mendirikan Asosiasi Aquaponik Indonesia, pendirian Asoasiasi ini bertujuan untuk mewujudkan salah satu Visi BBQ, yaitu : Sinergi Bersama Menuju Kedaulatan Pangan Nusantara

insyaAllah, perkembangan diskusi terkait pendirian Asosiasi Aquaponik Indonesia ini akan terus diupdate di post ini. 

Referensi

  1. Notulensi Diskusi Pendirian Koperasi (Kedaulatan Pangan), http://koperasi.openthinklabs.com/2015/02/notulensi-diskusi-pendirian-koperasi.html
  2. Anggaran Dasar - Aggaran Rumah Tangga Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, http://petanitembakau.blogspot.com/2008/12/adart-apti.html
  3. Anggaran Dasar - Aggaran Rumah Tangga Asosiasi Petani Kakao Indonesia, http://apkai.blogspot.com/2010/07/anggaran-dasar-dan-anggaran-rumah.html
  4. AD/ART Gapoktan Sri Rejeki, http://gapoktansrirejekiofficial.blogspot.com/2012/06/adart-gapoktan-sri-rejeki.html
  5. Anggaran Dasar dan Asosiasi Planter Indonesia, http://docs2.openthinklabs.com/home/kedaulatan-pangan/AD-DAN-ART-API-Revisi-Pak-Edy.doc?attredirects=0&d=1
  6. Dokumen Kongres II Serikat Petani Indonesia, http://docs2.openthinklabs.com/home/kedaulatan-pangan/AD-ART-Serikat-Petani-Indonesia.pdf?attredirects=0&d=1

Tuesday 9 June 2015

Dilema Bawang Merah

Status :Draft
Panduan Pertanyaan :

  1. Bawang merah sangat cocok ditanam di #Nusantara, tapi kenapa Kita terus saja import ? 
Catatan ini berawal dari diskusi di Group humanisnasionalis, saya terkaget-kaget ketika membaca komentar Iwaq Sandawi :
Benar komentarmu vincen, petani ngah mau rugi 2X perbaiki sistem distribusi, kebutuhan bawang merah setiap dapur rumah tangga butuh akibatnya bawang merah menjadi langka dan mahal di Papua Rp 60 ribu per kilo.
Pak Iwaq Sandari kemudian menjelaskan mengapa hal ini dapat terjadi :

Jarak sumber produksi BM sangat jauh ditambah minimnya infrastruktur penunjang distribusi,Banyaknya pedagang antar tangan.Belum bahkan tak ada sistem perdagangan yang sehat pelaku pasar.BM lokal jumlah produksinya kecil dan tanpa management yg tepat baik pedagang, pemdah maupun pemerintah pusat.Petani BM di Papua tak mau rugi 3X.Persaingan pasar tak sehat, belum ada regulasi, pedagang lokal termarginal karena diskriminasi belapis-lapis.
Kalau yang menjadi masalah harga, dengan tanah disana yang begitu luas, mengapa masyarakat tidak mencoba swasembada bawang merah ? menanam sendiri kebutuhan bawang merahnya ... , ini kalau untuk kebutuhan sendiri, minimal, tidak harus membeli bawang merah yang harganya mencapai puluhan ribu per kg itu ... , kecuali kalau menanam bawang merah untuk tujuan komersial, itu lain hal ....

Ternyata, hal tersebut suda dilakukan, Pak Iwaq kemudian meneruskan penjelasannya :

Kalau itu sih sudah dilakukan, petani disini petani musim, terganyun iklim, jika musim hujan banjir, jika musimpanas kering, stok domestik terbatas, sama dengan beras dan panganan lain. Kalo ngah musim ya harus beli.Itu tadi alasan pak, jadi petani kerja keras hasilnya dikit, pedagang susah-sulit hasilnya dikit yah beginilah. Bernyanyi dengan petani kala musim tanam sampai keringat mengalir , bercerita dengan pedagang pedisnya sampai air mata tumpah itulah kisahnya.
Jadi salah satu solusiya, seperti diutarkan oleh Pak Zamir Alvi adalah manajemen pangan yang lebih baik,yaitu

  1. Jumlah produksi, 
  2. Masalah pemanenan, 
  3. Masalah penyimpanan,, 
  4. Masalah pendistribusian, 
  5. Masalah harga

Referensi